Selasa, 27 Desember 2011

Sifat Cinta Itu Universal

Sifat Cinta Itu Universal Dalam pengertian universal, cinta adalah kekuatan Ilahi. Daya tarik Ilahi dalam penciptaan yang menyelaraskan, menyatukan, dan mengikat. Ini berlawanan dengan kekuatan yang menentangnya, yang merupakan energi kosmik yang keluar, yang mewujudkan penciptaan kesadaran kosmik Tuhan. Penolakan membuat semua bentuk di tingkat penciptaan melalui “maya”, kekuatan khayal yang memecah belah, membeda-bedakan dan tidak selaras. Kekuatan daya tarik cinta meniadakan penolakan kosmik untuk menyelaraskan semua ciptaan dan terutama menariknya kembali menuju Tuhan. Mereka yang hidup selaras dengan daya tarik cinta mencapai keselarasan dengan alam dan makhluk lainnya, dan akan tertarik pada perjumpaan dengan Tuhan, dengan penuh kebahagiaan Ilahi. Di dunia ini, cinta mensyaratkan dualitas, dia muncul dari saling bertukar perasaan antara dua atau lebih makhluk. Bahkan binatang menunjukkan sejenis cinta tertentu satu sama lain dan pada anak-anaknya. Pada kebanyakan kasus, jika salah satu pasangan meninggal, yang satunya biasanya segera menyusul. Tetapi cinta yang ada pada binatang itu naluriah, mereka tidak bertanggung jawab atas cinta mereka. Manusia, bagaimanapun, secara sadar mempunyai sejumlah besar penentuan nasib sendiri dalam pertukaran cinta mereka. Pada manusia, cinta menampilkan diri dalam berbagai cara. Kita jumpai cinta antara suami dan isteri, orang tua dan anaknya, kakak dan adik, teman dengan teman, tuan dan pembantunya, Guru dengan muridnya dan antara Tuhan dan hamba-Nya, jiwa dan rohnya. Cinta adalah emosi yang universal, ekspresinya dapat dikenal dari kodrat pikiran yang melaluinya dia bergerak. Oleh sebab itu, bila cinta melewati hati seorang ayah, kesadaran kebapakan menterjemahkannya kedalam cinta kebapakan. Bila dia melewati hati seorang ibu, kesadaran keibuan menterjemahkannya menjadi cinta keibuan. Bila cinta melewati hati mereka yang sedang jatuh cinta, kesadarannya memberikan cinta universal ini sesuai dengan sifatnya. Itu bukanlah perangkat jasmaniah, melainkan kesadaran yang melaluinya cinta bergerak. Cinta yang bergerak itulah yang menentukan sifat cinta yang di ekspresikan. Jadi seorang ayah bisa saja mengekspresikan cinta keibuan, seorang ibu dapat mengekspresikan cinta persahabatan, seorang pencinta dapat mengekspresikan cinta ilahi. Setiap cerminan cinta berasal dari satu-satunya cinta kosmik, tetapi ketika diekspresikan sebagai cinta manusia dalam berbagai bentuknya, selalu saja terdapat beberapa noda di dalamnya. Si ibu tidak tahu mengapa dia begitu mencintai anaknya, si anak tidak tahu mengapa dia begitu mencintai ibunya. Mereka tidak tahu dari mana datangnya cinta yang saling mereka rasakan itu. Ini adalah perwujudan cinta Tuhan dalam diri mereka, dan bila ini murni dan tidak mementingkan diri sendiri, ini mencerminkan cinta Ilahi. Jadi, dengan mengamati cinta manusia, kita dapat mempelajari sesuatu dari cinta Ilahi. Karena kita dapat sekilas melihat cinta Tuhan itu dalam cinta manusia. . Cinta kebapakan berlandaskan pada pertimbangan tertentu Cinta kebapakan berasal dari kearifan yang dilandasi oleh pertimbangan. Dalam kesadaran seorang ayah, yang teratas adalah pikiran: “Ini adalah anakku yang harus kulindungi dan aku pedulikan” dia melakukannya tanpa mementingkan dirinya sendiri, mengekspresikan cintanya dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan, memberikan perintah pada anaknya dan juga menyediakan semua kebutuhannya. Tetapi sebagian dari cinta kebapakan adalah naluriah. Seperti juga semua cinta hubungan keluarga lainnya, sang ayah tidak dapat tidak harus mencintai anaknya. . Cinta keibuan berlandaskan perasaan dan tanpa pamrih Cinta keibuan lebih luas. Ini lebih dilandasi oleh perasaan dibandingkan dengan pertimbangan tertentu. Cinta keibuan yang sejati itu tanpa pamrih. Dapat kita katakan bahwa dalam banyak hal, dia lebih spiritual dan karenanya lebih besar dari kebanyakan ekspresi cinta manusia lainnya. Tuhan menanamkan dalam hati seorang ibu cinta bagi anaknya yang tanpa pamrih, bagaimanapun tingkah laku anaknya. Bahkan bila kemudian ternyata anaknya menjadi seorang pembunuh, cinta seorang ibu tetap akan bertahan, tidak berubah, sebaliknya sang ayah akan lebih tidak sabar dan cenderung untuk lebih sulit memaafkannya. Cinta tanpa syarat dari sang ibu mungkin adalah cinta manusiawi yang paling dekat pada kesempurnaan cinta Tuhan. Ibu yang sejati memaafkan anaknya walaupun orang lain tidak ada yang mau memaafkannya. Cinta sejenis ini adalah contoh dari cinta Tuhan, yang memaafkan anak-anaknya apapun dosa yang telah dilakukannya. Siapakah yang dapat meletakkan cinta ini kedalam hati seorang ibu, kalau bukan Tuhan? dalam cinta sejati keibuan, Tuhan memberikan bukti nyata bahwa dia mencintai kita tanpa syarat, tak peduli betapapun jahatnya kita, atau berapa banyak kita telah berdosa. Roh Ilahi tidaklah lalim. Dia tahu Dia telah menaruh kita di dunia khayal. Dia tahu kita dalam kesulitan, Dia tahu perjuangan kita. Manusia hanya akan meningkatkan kegelapan batin dari kebodohan spiritualnya bila dia berpikir bahwa dirinya adalah seorang pendosa. Lebih baik baginya untuk mencoba memperbaiki dirinya sendiri. Berseru pada Bunda Ilahi memohon pertolongan, memandangnya dalam pantulan cinta abadi dan pengampunan Tuhan. . Ketika tadi malam saya bermeditasi, saya menyanyikan lagu cinta ini kepada Tuhan : Oh bunda Ilahi, aku adalah bayi kecilmu, Bayimu yang tak berdaya Tenang duduk dalam pangkuan keabadianmu Aku akan menyelinap kesurga dalam pangkuanmu Dalam perlindungan pangkuanmu aku menyelinap ke surga Tak ada karma yang dapat menyentuhku, Karena aku adalah bayimu, bayi kecilmu, bayimu yang tak berdaya. Diam-diam dalam pangkuanmu, aku akan menyelinap masuk ke surga ….. Itu adalah hubungan dengan Tuhan yang harus kita miliki, karena cinta seorang ibu adalah cinta Ilahi yang selalu memaafkan. .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar